SOROTONLINE.COM – Lahir di sebuah desa pedalaman Kalimantan 17 tahun lalu, tepatnya Desa Sebakung, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Aisyah Ulan Arianto Putri saat menuntut ilmu dibangku Sekolah Dasar (SD) harus menelusuri Sungai Telake menggunakan Perahu dayung.
Suka duka yang ia lalui di desa itu selama 6 tahun bolak balik dari rumah ke sekolah kala itu menyimpan banyak cerita, Meski terkadang dihadapkan kondisi berat dengan derasnya air Sungai Telake dikala banjir, namun semangat untuk terus belajar menuntut ilmu ke sekolah tak pernah surut.
Upaya kerasnya berjuang menuntut ilmu di pedalaman yang fasilitasnya berbeda dengan di kota, tak membuat gadis cantik yang biasa disapa Aisyah ini patah semangat untuk terus belajar. Apa yang dilakukan tentu tak sia-sia, terbukti disaat kenaikan kelas rangking selalu menjadi langganannya.
“Alhamdulillah waktu di SD biasa rangking 2 atau rangking 3 gitu, perjuangan gak sia-sia walaupun harus berjuang keras menuju ke sekolah,” kata Aisyah sapaan akrabnya saat berbincang dengan sorotonline.com, Senin (27/9/2021) di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kaltim.
Setelah menyelesaikan pendidikan SD di Rantau Belimbing, Desa Sebakang, Aisyah harus terpisah dengan kedua orangtuanya karena harus melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa Laburan Baru (SP3) Kecamatan Paser Belengkong, Kabupaten Paser.
Di desa itu, Aisyah hidup bersama neneknya selama menempuh pendidikan SMP. Dikala liburan sekolah ia selalu menyempatkan diri pulang ke kampung kelahirannya di Desa Sebakang untuk mengobati rasa rindu kepada kedua orangtuanya.
“Setelah 3 tahun di Laburan dan lulus SMP, saya langsung lanjut ke Grogot sekolah di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 4 di kilo empat. Sekarang sudah kelas 12 dan lagi prakerin di Kominfo (Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian) Paser,” ucap dara kelahiran 17 September 2004.
Setelah lulus dari SMKN 4 Tanah Grogot ada beberapa harapan yang ingin dicapai, seperti menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan) sebagai abdi negara, selain itu, Aisyah juga berkeinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk mendalami ilmu hukum.
“Saya pengen jadi polisi, tapi kalau nggak bisa mau kuliah hukum aja, memilih itu alasannya pengen berantas semua bentuk kejahatan, nggak suka dengan kejahatan. Banyak sebenarnya keluarga yang dukung aku masuk polisi,” kata gadis cantik berpostur tinggi 160 cm.
Aisyah mengaku, saat ini ada tiga bahasa asing yang ia pelajari yakni Bahasa Inggris, Korea dan Thailand, diantara ketiga bahasa itu ada yang hanya belajar secara otodidak sementara bahasa asing lainnya didapat di bangku sekolah.
“Nggak pernah ikut kursus, paling belajar di internet, selain bahasa Inggris saya juga belajar bahasa Thailand dan Korea. Memang waktu sekolah SD pelajaran yang paling digemari bahasa Inggris, tapi jarang-jarang ada pelajaran bahasa Inggris waktu itu,” ungkapnya.
Meski terbatas tempat belajar bahasa yang dialami, namun bukan berarti itu menjadi penghalang bagi anak dari keluarga sederhana pasang Susianto dan Daryana, terbukti ia terus belajar agar kelak mampu menguasai bahasa itu.
“Kalau dasar-dasar dari tiga bahasa itu dah mulai ngerti, misalnya ada orang yang nyucapin bahasa itu saya ngerti aja, tapi kalau saya ngucapin atau menyampaikan bahasa kayak susah gitu,” ucapnya renyah.
Aisyah juga menceritakan pengalamannya saat mempelajari ketiga bahasa itu, menurut dia yang paling rumit dipelajari diantara tiga bahasa itu adalah bahasa Thailand, karena beberapa kata satu dengan yang lain hampir mirip.
“Jadi bahasa Thailand ini susah diingat susah diucapkan. Tapi kalau tulisan aksaranya lebih mudah Thailand dari bahasa Korea. Jadi saya belajar tulisan hidupnya juga,” ungkapnya.
Untuk bahasa Korea Aisyah mengaku sudah belajar sejak SMP, utamanya menghapal kata, hal itu berawal dengan kesukaannya nonton drama Korea. Ia juga menunjukkan tulisan huruf Korea sambil mempraktekkan penulisan seperti kata hallo, dalam bentuk tulisan huruf Korea.
Agar bisa memperlancar bahasa yang dipelajarinya, ia berharap bisa mendapatkan teman dari Thailand dan Korea, sementara teman dari beberapa negara lain sudah ada sehingga bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
“Teman dari Thailand dan Korea belum ada, tapi kalau Meksiko, Nigeria ada, dan komunikasinya menggunakan bahasa Inggris, kalau memang ada yang belum tahu pake translate,” terangnya.
“Pengen punya teman orang Korea dan Thailand tapi belum Nemu, Biar bisa memperlancar bahasa, keinginannya sih kalau bisa kuliah di Korea, Kalau di Korea itu saya tertarik dengan Universitas Hangkuk (Hankuk University of Foreign Studies) mengambil jurusan hukum,” pungkasnya. (rsd)