Anggota DPRD Paser Minta Kontainer Wiskul Segera Diperbaiki

308

SOROTONLINE.COM – Berlarut-larutnya perbaikan kontainer pedagang Wisata Kuliner (Wiskul) di Desa Sungai Tuak, Kecamatan Tanah Grogot, membuat sejumlah anggota DPRD Kabupaten Paser angkat bicara.

Bagaimana tidak, Wiskul yang belum genap setahun berada dilokasi itu sudah mengalami kerusakan, utamanya pada bangunan kontainer dibagian deck lantai dua dengan menggunakan plywood terjadi kebocoran.

Dengan kondisi seperti itu, Anggota Komisi I DPRD Paser Muhamad Saleh, lewat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama pedagang dan instansi terkait bersuara lantang memperjuangkan para pedagang agar kontainer tempat mereka berjualan segera diperbaiki.

“Karena orang yang datang kesitu (Wiskul), mau tenang, mau makan maupun belanja dengan baik dengan tidak dipenuhi rasa was-was dan imbasnya nanti ke pedagang juga,” kata Saleh, Senin (6/11/2023).

Dalam RDP itu Saleh mengatakan, meskipun mendapat intruksi dari bupati, gubernur, bahkan presiden, dirinya tidak setuju jika pembangunan Wiskul tidak sesuai dengan rencana awal.

“Kalau itu tidak masuk akal, seharunya jangan diikuti. Duitnya sekian harus jadi sekian, itu yang tidak boleh.

Sekarang kalau ada apa-apa, resiko jika ada kecelakaan bagaimana, siapa yang mau bertanggungjawab. Jangan karena asal bapak senang saja, jadinya seperti sekarang ini,” singgungnya.

Menurut penilaian Saleh, lokasi dari Wisata Kuliner Sungai Tuak masih tidak memadai karena terbatasnya aksesibilitas kendaraan masuk dan keluar serta kurangnya area parkir.

“Pembangunannya itu terlalu dipaksakan, APBD kita banyak kok. Seharusnya dilaksanakan sebagian dulu, baru di tahun 2024 dilaksanakan sepenuhnya, kalau dipaksakan seperti ini, beginilah jadinya,” luapnya.

Untuk menghadapi permasalahan para pedagang, mereka menawarkan dua solusi yang salah satunya adalah memperbaiki lapak yang ada secara cepat, serta solusi lainnya adalah tidak mengenakan retribusi kepada pedagang dengan jumlah sebesar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu per bulan.

Alasan di balik hal ini adalah bahwa jika pungutan diterapkan, harus ada imbalannya, namun pedagang di Wiskul Sungai Tuak merasa tidak nyaman dengan aktivitas jual-beli mereka.

“Kalau plywood mau itu dua puluh dan tiga puluh sentimeter, lama kelamaan pasti hancur. Saya tekankan, kontainer yang rusak itu diperbaiki kalau tidak pasti ada konsekuensinya,” pungkasnya. (adv)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.