SOROTONLINE.COM – Tak ada seorang pun menginginkan kehilangan kedua orangtuanya, namun ajal juga tak dapat ditolak ataupun diundur meski hanya dalam waktu hitungan detik. Seperti yang dialami Basri Mansur kala itu harus kehilangan orangtuanya disaat dirinya baru lulus SD.
Tak mau larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, Basri bangkit dan ikhlas menerima semua suratan takdir yang sudah digariskan. Sebagai seorang anak Yatim Piatu Ia berusaha tegar untuk meniti masa depannya agar bisa berbakti pada keluarga, masyarakat dan bangsa.
Niatnya, ia ingin sekali melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, namun karena tak didukung dengan finansial, terlebih kedua orangtuanya juga sudah tiada iapun harus ikhlas untuk tidak melanjutkan cita-cita mulianya untuk menuntut ilmu.
“Lulus SD saya tidak langsung melanjutkan sekolah ke SMP selama 4 tahun, apa lagi kedua orangtua juga sudah tidak ada akhirnya saya memutuskan untuk bekerja karena mau sekolah gak ada biaya juga,” kata Basri, Selasa (9/2/2021) yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi lll DPRD Paser.
Saat itu Basri bukan bekerja ditempat ruang ber-AC atau perkantoran, tapi dengan usia yang masih belasan tahun ia bekerja sebagai buruh bangunan, dimana keseharian harus berhadapan dengan panasnya terik matahari atau dinginnya hujan membasahi tubuhnya.
“Kerjaan saya waktu itu buruh bangunan, bantu-bantu gitu seperti angkat semen, ya semacam itulah, karena masih kecil waktu itu saya hanya sanggup kerja 1 tahun. Kemudian dipanggil paman ke Bengalon Sangata bantu bikin perhiasan emas, disana juga sempat kerja ngelem plywood,” ujar pria kelahiran Tanah Grogot, 24 Juni 1978 ini.
Setelah 4 tahun dalam perantauan, Basri akhirnya kembali pulang di tempat kelahirannya di Tanah Grogot, terlebih saat itu juga ada hasil kontrakan rumah peninggalan orangtua yang bisa membiayai kebutuhan hidupnya.
“Saya akhirnya kembali ke Grogot setelah 4 tahun, kemudian kembali melanjutkan sekolah, tapi karena malu sama teman-teman disini (Tanah Grogot) mereka sudah SMA maka saya memutuskan lanjut sekolah SMP di Tenggarong,” ucap ayah dari 4 anak ini.
Belum sempat menamatkan pendidikan di SMP Tenggarong, ia kembali pulang dan melanjutkan pendidikan disalah satu SMP yang ada di Tanah Grogot sambil ikut kerja di Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Paser.
“Waktu sekolah di SMP, saya sambil kerja di Gapensi jadi cleaning service kemudian jaga kantor. Pagi kerja siangnya sekolah dan malam jaga kantor, karena dulu saya juga tinggal di kantor Gapensi itu,” ujarnya.
Hingga masuk SMA kelas satu, dirinya masih bekerja di Gapensi, bahkan kala itu dimana yang sebelumnya hanya sebagai cleaning service dan jaga kantor lalu dipercaya pengurus administrasi kantor tersebut.
Setelah lulus SMA, Basri direkrut saudaranya yang berprofesi sebagai kontraktor saat itu untuk membantu menangani sejumlah proyek, dalam pelaksanaannya dia dipercaya sebagai tangan kanan dalam berbagai urusan di proyek tersebut.
“Lulus SMA kerja sebagai kontraktor ikut Kakak Ipar H Doreng (Amiruddin saat ini Anggota DPRD Provinsi Kaltim) untuk menangani proyeknya yang dipercayakan ke saya saat itu,” kenangnya.
Seiring berjalannya waktu ditengah kesibukan dirinya menjadi seorang kontraktor, Basri menemukan seorang wanita cantik dan baik hati hingga membuat hatinya teguh dan bulat untuk dijadikan seorang pendamping hidup.
Tahun 2005, Basri melangsungkan pernikahan dengan wanita pilihannya bernama Hasnawiyah yang ia kenal dua tahun sebelumnya. Kini pasangan bahagia itu sudah dikaruniai empat orang anak.
“Saya nikah 2005 sempat pacaran 2 tahun, kenal istri waktu itu 2002, sekarang anak 4, dua laki-laki dan dua perempuan,” sebutnya.
Kini lelaki yang dikenal ramah oleh sejumlah wartawan yang ada di Paser ini, mengaku terjun ke dunia politik bukan atas keinginan sendiri, tapi melainkan karena dorongan keluarga, agar apa yang telah diperbuat sebelumnya bisa menjadi tongkat estafet untuk melanjutkan membangun Kabupaten Paser.
“Yang jelas H Doreng yang meminta saya untuk menggantikan beliau, saya ini bukan orang politik murni dan suara-suara yang memilih saya bukan murni dari nol tapi orang-orang militan dan konstituennya H Doreng,” terang alumni Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar ini.
Sesaat setelah dilantik sebagai Anggota DPRD Paser kala itu, Basri sudah terbersit niat ingin adanya pasilitas olahraga basket, kemudian penataan Siring Sungai Kandilo dan terealisasinya pipanisasi disekitar perkotaan.
Pipanisasi itu seperti Desa Pepara, Tapis, Tepian Batang dan lainnya, dan ini sesuai keinginan masyarakat sewaktu dirinya melakukan kampanye sebelumnya, masyarakat menceritakan mengalami kesulitan mendapatkan air disaat musim kemarau.
“Contoh saja seperti Pepara, ketika itu kemarau mereka merasakan sulitnya air minum dan untuk mandi juga sudah asin, nah ini yang mengkritik hati saya untuk melaksanakan pipanisasi itu,” ucap politisi Golkar itu.
“Sampai sekarang ini disana masih berlanjut untuk pemasangan pipanya, termasuk juga lapangan basket Alhamdulillah sudah terlaksana dan bahkan sudah digunakan oleh anak-anak basket, kita juga kembali ke atlet pencak silat mudahan bisa maju dengan kepemimpinan saya,” sambungnya.
Sementara terkait Siring Kandilo, Basri menginginkan adanya penataan, agar Kota Tanah Grogot terlihat indah dan cantik, sehingga memunculkan kesan positif saat orang-orang berkunjung ke Ibukota Kabupaten Paser itu.
“Kalau kumuh kesan yang dibawakan tidak adakan, tapi coba kalau itu indah bisa diceritakan ke daerah lain dan bahkan bisa menjadi ciri khas apalagi disitu tempat titik kumpulnya orang, makanya kita ingin merubah wajah kota kita yang lebih baik lagi. Sekarang rencana penataan itu sedang berjalan dan mudahan bisa terealisasi secepatnya,” terangnya. (rsd)