SOROT – Jamaah calon haji (Calhaj) 2017 asal Paser antre mencari warung makan disekitar tempat menginap di Makkah. Hal ini dilakukan, karena jatah makan mereka sudah tidak ada.
“Jumlah rumah makan yang menjual makanan sesuai selera kita (Indonesia) yang berada di dekat hotel cuma satu,” kata Arifin Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD), Senin (28/8/17).
Karena keterbatasan jumlah warung sesuai selera para jamaah calhaj kata Arifin, sehingga membuat mereka harus antri selama 45 menit untuk mendapatkan makanan.
“Jamaah antre mencari rumah makan dengan masakan yang sesui dengan lidah orang Indonesia,” tulis Arifin melalaui pesan singkat dari Makkah.
Selain jatah makan sudah tidak ada kata Arifin, jamaah calhaj juga tidak diperkenankan memasak di Kamar hotel tempat mereka menginap. Bahkan Larangan itu dipampangkan di setiap kamar hotel.
“Larangan memasak yang dipasang dalam tiga bahasa, yaitu Arab, Inggris dan Perancis. Walaupun dihadapkan soal habisnya jatah dan larangan memasak, tapi tidak sampai membuat jamaah kelaparan,” terangnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sesuai laporan TPHD Arifin mengatakan, Senin 28 Agustus 2017 para jamaah calhaj tidak lagi dapat jatah makan.
Sementara menurut, H Khairani Kasi Bagian Haji Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Paser mengatakan, jatah makan para jamaah memang tidak ditanggung penuh selama berada di Arab Saudi.
“Jatah makan tidak ditanggung semuanya selama 40 hari. Untuk jatah makan di Madinah 9 hari, Makkah 13 dan di Armina 5 hari, sehari dapat jatah dua kali makan,” kata Khairani, Senin (28/8) di Tanah Grogot.
Ketentuan soal jatah makan kata Khairani, sudah di jelaskan kepada jamaah calhaj pada saat manasik haji sebelumnya. “Jatah makan Ini memang sudah ketentuan dari Kementerian Agama Pusat, seluruh Indonesia sama, jadi bukan hanya Paser,” katanya.
Meski jatah makan tidak ditanggung selama 40 hari kata Khairani, bukan berarti tidak ada biaya hidup untuk menutupi sisa hari lainnya selama pelaksanaan haji.
“Sebenarnya sudah ada biaya hidup dikasih ke jamaah pada saat di embarkasi, namanya living cost, itulah yang dipakai untuk biaya hidup sehari-hari di Arab,” ucapnya.
Nilai living cost yang diserahkan kepada setiap jamaah lanjut Khairani, sebesar 1500 real. Besaran tersebut cukup untuk biaya hidup selama berada di Arab Saudi. “Ini sudah diukur, dan cukup untuk biaya makan selama 40 hari,” terangnya. (hms/rsd)