Parkir Tepi Jalan Tanah Grogot Hanya Bayar Sekali Parkir Untuk Sehari

680

SOROT – Seorang lelaki mengenakan rompi bertuliskan dibagikan punggung, petugas parkir di tepi jalan umum, mendatangi media ini di salah satu konter di Jalan Yos Sudarso Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kaltim.

Hari itu, Rabu (6/5/2020), pria yang diketahui bernama Sahrudin (39) warga Desa Suliliran, Kecamatan Paser Belengkong adalah seorang petugas parkir di tepi jalan umum Tanah Grogot.

Kepada sorotonline.com, ayah dua anak itu menceritakan pengalamannya sebagai petugas parkir yang digelutinya selama ini. Namun yang terpenting ia ingin menyampaikan terkait karcis parkir.

Menurut Sahrudin, seorang pengendara yang sudah membayar ke petugas parkir ditepi jalan umum, maka pembayaran itu sudah berlaku sehari meskipun beberapa kali parkir ditempat yang berbeda.

“Sekali bayar aja sehari, yang penting parkir di tepi jalan, contoh parkir di Siring lalu bayar parkir dan dapat karcis, kemudian jalan dan parkir lagi di jalan Kartini, nanti kalau ada anggota yang minta tinggal liatkan karcis,” kata Sahrudin.

“Dikesempatan ini kami sampaikan ke masyarakat, mungkin selama ini salah paham soal parkir, padahal cukup sekali aja sehari bayar. Terkecuali parkir di Plaza Kandilo dan Pasar Senaken itu bukan bagian kami,” tambahnya.

Ada dua jenis karcis parkir yang dipegang Sahrudin, masing-masing bertuliskan roda 2 dan roda 4. Untuk roda 2 nilainya Rp 2000, sedangkan untuk roda 4 nilainya Rp 3000.

Namun selama virus Corona (COVID-19) melanda negeri ini, Sahrudin mengaku pendapatan parkir menurun drastis. Saat ini sehari hanya mampu menghabiskan 50 lebar karcis roda 2 dan 8 lembar karcis roda 4.

“Kalau sebelum Corona, karcis motor (roda 2) habis aja 100 lembar sehari, kalau karcis mobil 17 lembar sehari. Tapi kalau sekarang turun jauh karena Corona, karena gak ada sekarang orang santai-santai di Siring,” terangnya.

Sebagai tukang parkir, tentu sering berhadapan dengan panas matahari dan tak jarang pula merasakan dinginnya hujan, namun selain diterpa cuaca panas dan dingin, Sahrudin juga mengaku tak jarang mendapatkan omongan yang menyayat hati saat bertugas.

“Sering kita kasi karcis dia marah, padahal kita gak paksa kok beli karcis, intinya kita harus kebal telinga mendengar omelan. Bahkan ada yang bilang kerja dulu baru minta, ada juga yang bilang nda ada duit,’ ujarnya.

Saat ditanya apakah dirinya tersinggung dengan ocehan yang ia terima, Sahrudin mengaku tak tersinggung sedikit pun, ia hanya bisa bersabar dan terus memberikan yang terbaik untuk orang lain. (rsd)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.