SOROTONLINE.COM – Indonesia dikenal memiliki keberagaman kuliner dan kelezatannya sudah diakui dunia, bagaimana tidak, sumber daya alam yang melimpah membuat masakan Indonesia beragam.
Termasuk di wilayah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, ada beragam jenis makanan di daerah itu, dan kelezatannya pun tak kalah dengan daerah lain.
Rani (31), warga Kecamatan Batu Sopang salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang kuliner mengaku berbagai jenis makanan yang selalu diolah untuk dijual.
Salah satu makanan olahan Rani adalah kolak biji salak ubi ungu atau Canil yang merupakan salah satu menu makanan cukup digemari di kalangan masyarakat.
Kolak Canil biasa disajikan saat sarapan atau takjil menu buka puasa. Canil, salah satu kolak yang digemari karena kelezatan dan tampilannya yang indah berwarna ungu.
Pada resep kolak Canil ini menggunakan Bahan gula merah, santan, daun pandan, ubi ungu dan kanji.
“Ubi ungu dikukus dulu baru dihancurin campur kanji baru dibulatin, dan masaknya sekitar setengah jam aja” kata Rani saat berbincang dengan sorotonline.com, Senin (5/6/2023).
Setelah proses pengolahan selesai, kolak Canil yang ditawarkan melalui platform sosial media mulai dikirim kepada para pelanggan yang sebenarnya sudah melakukan order.
“Saya jual lewat online aja, yang mau beli harus PO (Purchase order) dulu istilahnya, baru besok kita buatkan. Bikin sesuai pesanan jadi gak mubazir kalau gak habis,” ucap pemilik akun Facebook @Rani Nengrani Tea.
“Harga per porsi Rp 15 ribu isi 10 biji, orang mau beli delivery jadi gak datang ke rumah. Sehari habis 15 porsi, dan setiap hari menunya juga ganti-ganti gak melulu itu,” sambungnya.
Diakui berjualan secara online lebih menghemat biaya dan waktu karena hanya mengandalkan media internet untuk proses berjualan, tapi jika berjualan secara offline maka harus memiliki tempat berjualan secara langsung.
“Jualan lebih mudah lewat online, karena di rumah aja bisa sambil jaga anak, kalau di warung kan kita seharian di warung, Kemarin sempat buka lapak yaitu capek, pulang dari warung rumah berhamburan, belum beres-beres rumah, belum resikonya, kalau di warung kan nungguin orang datang aja,” terangnya.
Saat ini kata Rani yang menjadi kendala pembuatan kolak Canil karena kesulitan mendapatkan ubi ungu, dan jika ada harganya juga jauh lebih mahal dibanding ubi biasa.
“Kendalanya jarang ada disini ubi warna ungu. Harga ubi ungu lebih mahal dibanding ubi biasa, harganya dua kali lipat dengan yang biasa, ubi ungu harganya Rp 15 ribu, ubi orange Rp 8 ribu,” ucapnya.
Mengingat terbatas dan kesulitan mendapatkan ubi ungu, Rani yang sudah menggeluti usahanya sejak 2019 tidak bisa mengolah Canil setiap hari untuk dijual.
“Gak setiap hari bikin Canil, kalau ada aja ubinya baru bikin, kemarin aja dapatnya pas hari pasar aja sekali seminggu,” terangnya.
Sebagai gantinya agar tetap berjualan dirinya juga menawarkan jenis makanan lain seperti dimsum, ayam madura sambel hitam, bandeng presto, mie basah, cemilan dan keripik bayern. (adv)