Literasi dan Budi Pekerti Jaman Now

226

Oleh: Nur Rahmadina.F, *
Guru Madrasah Aliyah Swasta AN-NASHAR MAKASSAR

SOROTONLINE.COM – Pernahkah kalian berpikir mengapa sekarang orang-orang bahkan masyarakat kebanyakan yang berada disekitar kita sungguh sangat mencengangkan? Bagaimana tidak jika saat ini sangat lumrah melihat hal yang dulunya tabuh sekarang menjadi biasa saja di jaman now, contohnya saja kebanyakan dari remaja bahkan disekitar kita sudah tak lagi mementingkan adab atau kurangnya adab baik itu kepada sesama apalagi dengan orang tua, banyaknya pembullyan, tingkat stress yang tinggi, kurangnya budi pekerti sama saja dengan memudarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Kurangnya literasi menjadi salah satu kategori yang berdampak untuk masa depan negara ini. Terlebih lagi, dampak ini sangat dirasakan pada generasi sekarang. Adapun dampak dari kurangnya literasi yaitu, rendahnya pengetahuan analisis, problem solving dan critical thinking yang menjadi pondasi utama untuk kecerdasan intelektual.

Mengapa hal itu sangat perlu kita kenali dan tindaki secara teratur ?, faktanya bahwa Keterampilan literasi memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan generasi muda. Keterampilan literasi yang baik akan membantu generasi muda dalam memahami informasi baik lisan maupun tertulis. Dalam kehidupan, penguasaan literasi pada generasi hakikatnya sangat penting dalam mendukung kompetensi-kompetensi yang dimiliki.

Literasi di sini bukan hanya identik dengan baca dan tulis, tetapi juga literasi media, literasi budaya, literasi teknologi, literasi keuangan, dan sebagainya. Intinya, setiap masyarakat dapat melek literasi sebagai modal untuk menjadi manusia yang maju, modern, dan berperadaban. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal dalam hal literasi. Walau demikian, bukan hal yang terlambat mana kala Indonesia saat ini menggelorakan Gerakan Literasi, bahkan gerakan ini harus dilakukan dengan sangat masif untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.

Geliat dan hingar bingar gerakan literasi sudah mulai terasa di sekolah-sekolah. Antara lain dengan adanya pembiasaan membaca buku non pelajaran selama 15 menit. Selain itu, juga dibentuk sudut-sudut baca (reading corner) di ruang kelas, optimalisasi perpustakaan sekolah, tantangan membaca (reading challenge),kegiatan membaca secara massal, membuat sinopsis buku yang telah dibaca, expo literasi, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut tergantung kepada kreativitas sekolah masing-masing.

Anak adalah amanah dan karunia Allah yang harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak merupakan masa depan bangsa dan generasi penerus citacita bangsa sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi, dan hak sipil, serta kebebasan. Proses pendidikan anak dapat terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Perkembangan anak mulai lahir sampai dewasa terjadi perkembangan pendidikan secara menyeluruh. Pendidikan sebagai suatu sistem memperoleh masukan dari suprasistem dan akan memberikan hasil (keluaran) bagi suprasistem. Masukan yang diperoleh dari suprasistem terdiri atas tata nilai, cita-cita, dan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, anak didik, pendidik, dan personalia lain dalam pendidikan. Salah satu cara penanaman budi pekerti pada anak dapat melalui buku-buku cerita. Penumbuhan budi pekerti dalam cerita merupakan internalisasi sikap moral dan spiritual yang bersifat praktis dan dapat ditafsirkan melalui cerita. Hal ini berkaitan dengan masalah kehidupan, misal sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan (Nurgiantoro, 1995: 321). Nilai moral terdiri atas hubungan dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Dengan aturan yang ada diharapkan anak dapat hidup lebih baik. Cerita dongeng merupakan hasil karya sastra yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai pendidikan. Dongeng menawarkan cerita kehidupan tentang baik dan buruk yang disimbolkan melalui perilaku dan sikap tokoh cerita. Oleh karena itu, melalui cerita pembaca atau penyimak dapat mengambil manfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Penumbuhan budi pekerti melalui pembacaan buku-buku cerita dapat dijadikan pembiasaan sikap dan perilaku positif dalam proses belajar setiap sekolah dan lingkungan masyarakat. Penumbuhan budi pekerti masuk dalam aspek afektif (sikap). Dalam taksonomi Bloom, aspek afektif terdiri atas lima tahap, yakni penerimaan (receiving/attending), tanggapan (responding), penghargaan (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai.

Tingkatan penerimaan adalah kesediaan/kepekaan terhadap gejala stimulasi yang tepat. Dalam pembelajaran dapat berupa mendapatkan perhatian, mempertahankan, dan mengarahkan. Kedua, tanggapan merupakan reaksi terhadap respon yang ada yang meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Ketiga, nilai yang diterapkan pada tingkah laku yang menyebabkan individu ingin konsisten dalam tindakannya. Keempat, memadukan nilai-nilai untuk membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Kelima, memiliki sistem nilai yang diyakini dan dapat masuk dalam kepribadian seseorang. Dari lima tahapan di atas, penumbuhan budi pekerti dapat dimulai sikap suka untuk melakukan sesuatu. Cara yang dapat dilakukan dengan pembiasaan dan latihan. Pembiasaan dalam pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Komitmen keempat pihak di atas sangat dibutuhkan untuk membangun persepsi positif demi terwujudnya pendidikan yang efektif. Keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan membantu penumbuhan budi pekerti.

Gerakan literasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan penumbuhan budi pekerti. Menurut Saya, ada tujuh nilai budi pekerti yang dapat diambil dari kegiatan literasi, antara lain:

Pertama, rasa ingin tahu, Orang yang membaca buku memiliki rasa ingin tahu tentang masalah yang ingin diketahuinya. Bahkan bukan hanya dari buku, dia akan membaca dari sumber-sumber lain, bertanya atau berdiskusi dengan yang orang lain yang dia anggap dapat memberi tahu. Sebagai orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dia haus akan informasi dan ilmu, serta tidak malu bertanya. Dalam pribahasa sunda dikenal istilah bodo aléwoh yang artinya mau bertanya kepada siapapun orang yang dinilainya lebih tahu. Orang yang yang banyak baca dan banyak tanya tentunya akan menjelma menjadi manusia yang awalnya serba tidak tahu menjadi serba tahu.

Kedua, mental ingin maju, Orang yang rajin membaca tentunya memiliki cita-cita atau keinginan agar dirinya maju atau kualitas hidupnya meningkat. Para pengusaha mendapatkan ilmu tentang kesuksesan disamping mengikuti seminar atau pelatihan bisnis, juga dia sering membaca buku-buku tentang marketing yang efektif. Dan hasilnya, banyak diantara mereka yang pada awalnya usahanya terpuruk dan jatuh bangkrut, tetapi setelah membaca buku-buku tips dan motivasi sukses dari para pengusaha sukses, dia berhasil bangkit dan meraih kesuksesan.

Ketiga, berpikir kritis dan analitis, Orang yang banyak membaca akan memiliki kemampuan berpikir kritis dibandingkan dengan orang yang tidak membaca. Kemampuan analisisnya pun kian terasah. Setiap kata dan kalimat yang dibacanya mendorongnya untuk terus berpikir dan menganalisis. Tidak jarang ide menulis muncul ketika dia sedang atau setelah membaca buku. Dengan kata lain, aktivitas membaca buku membuat otaknya terus bekerja dan menghasilkan pemikiran-pemikiran baru.

Keempat, keinginan untuk berbagi, Setelah membaca buku, tentunya seseorang mendapatkan ilmu, dan ilmu tersebut akan semakin bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain. Baginya, ilmu yang dibagikan kepada orang lain akan semakin menambah kebermanfaatan dan keberkahan. Ada nilai ibadah dan kepuasan dari ilmu yang dibagikan kepada orang lain.

Kelima,disiplin, Orang yang membaca buku tentunya akan disiplin menyempatkan waktu untuk membaca. Sesibuk apapun, dia akan pandai mengatur waktu untuk membaca. Baginya, membaca adalah sebuah kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus ditunaikan. Orang yang rajin membaca biasanya memiliki target bacaan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Jika dalam satu hari dia terlewat tidak membaca, maka dia akan “membayar” hutang bacaan pada hari berikutnya. Dengan membiasakan membaca, maka hidupnya akan teratur.

Keenam, kerja keras, Orang yang membaca tentunya membutuhkan kerja keras untuk melakukannya. Membaca memang bisa menggunaan metode cepat (skimming) atau metode lambat, atau membaca lembar-lembar per lembar. Untuk mengetahui gambaran umum atau bagian tertentu dari buku, apalagi waktu yang terbatas bisa dilakukan melalui skimming,tetapi jika ingin memahami secara mendalam, maka dia harus membaca lembar demi lembar, bahkan harus mengulang-ulang membacanya. Cara membaca seperti itu, tentunya memerlukan waktu dan energi yang banyak.

Ketujuh, bersyukur.Aktivitas membaca tentunya membutuhkan kesehatan yang prima. Orang yang sakit akan kurang bersemangat atau mungkin sama sekali tidak mau membaca yang ada hanya ingin istirahat atau menghabiskan waktu di tempat tidur. Oleh karena itu, aktivitas membaca adalah sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat sehat yang dianugerahkan Allah SWT. Semakin banyak membaca, maka insya Allah tingkat rasa syukur pun akan semakin meningkat. Dan ketika seorang manusia banyak bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmatnya, antara lain badannya semakin bugar, atau matanya semakin sehat. Banyak orang tua yang belum menggunakan kaca mata justru karena matanya digunakan untuk membaca.

Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca bukan hanya membuka demi lembar buku, atau hanya mendapatkan ilmu saja, tetapi ada sekian banyak pelajaran yang dapat diambil. Membaca dapat membentuk karakter atau menumbuhkan budi pekerti seorang manusia. Oleh karena itu, sudah waktunya membaca menjadi kebutuhan, kebiasaan, dan gaya hidup masyarakat. Aktivitas membaca mampu membentuk individu dan masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan, menghargai ilmu pengetahuan, dan ingin menyebarkan ilmu pengetahuan. Efek-efek positif seperti ini diharapkan muncul dan tumbuh subur dalam kehidupan mastarakat kita. Aktivitas membaca pun akan melahirkan manusia-manusia pembelajar, manusia pemikir, manusia peneliti, dan manusia pelaku perubahan. Ayo giatkan membaca untuk hidup yang lebih baik. (*)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.